Share

Pasca pandemi covid-19, perkembangan ekonomi digital di Indonesia menunjukkan tren positif. Menurut hasil studi Google dan Bain & Company (2021), nilai investasi ekonomi digital Indonesia mencapai 4,7 miliar USD pada kuartir pertama 2021. Hal tersebut menunjukkan gairah yang sangat tinggi pada pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, yang menuntut sebagian besar perusahaan digital dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat demi memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai bank digital, Bank Raya juga dituntut untuk mengembangkan produk digital saving dan pinjaman digital nya secara cepat dan tepat guna, sehingga penerapan DevOps diperlukan untuk mensinergikan proses kerja antara tim software development dan IT operation. Bagaimana kombinasi kultur, filosofi dan praktik integrasi proses kerja DevOps di Bank Raya?

Untuk mengembangkan produk digital saving dan pinjaman digital nya, Bank Raya menerapkan DevOps diperlukan untuk mensinergikan proses kerja antara tim software development dan IT operation. Bagaimana kombinasi kultur, filosofi dan praktik integrasi proses kerja DevOps di Bank Raya?

DevOps di Bank Raya

Bank Raya, sebagai bank digital yang terus berkomitmen dalam melakukan transformasi digital juga telah mengimplementasikan DevOps untuk mendukung metodologi yang baru diterapkan pada divisi IT, yaitu metode Agile. Sebelum penerapan DevOps culture, terdapat barrier antara tim Developer dan tim Operation. Dengan diterapkannya DevOps culture, barier tersebut dapat diruntuhkan, sehingga fungsi developer dan fungsi Operation dapat dijembatani melalui sharing tanggung jawab atas job description masing-masing.

Lebih dari itu, penerapan DevOps juga menuntut developer untuk dapat memahami dan mengerti apa yang harus dioperasionalkan ke depannya. Disisi lain, tim operation juga harus mengetahui apa yang sedang dan telah dikerjakan oleh developer. Tim developer dan operation harus bersinergi mulai dari tahap pengembangan dimulai.

Selain integrasi, DevOps culture juga menitik beratkan efisiensi melalui automation system. Oleh karena itu, terdapat role baru bernama DevOps engineer. Role ini memerlukan skill development dan skill operation. DevOps engineer berfungsi untuk menjembatani pembuatan automation. Contohnya, jika sebelumnya developer harus melakukan proses pemasangan coding secara manual, DevOps engineer akan membantu membuat automation terhadap proses tersebut.


Tantangan DevOps di Bank Raya

Dalam implementasinya, terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi oleh Bank Raya. Mulai dari tahap sosialisasi kultural, terutama pada saat meruntuhkan barrier antara tim developer dan tim operation. Lalu, ketidakjelasan aturan mengenai tugas dan fungsi masing-masing tim. Kemudian, migrasi teknologi infrastruktur, yang sebelumnya menggunakan server fisik bare metal menjadi public cloud & virtualization. Hingga tantangan yang terakhir, terhambatnya implementasi culture DevOps oleh kebijakan/aturan perusahaan. Aturan yang diterapkan oleh Bank Raya dalam pengembangan software menggunakan metodologi waterfall base. Padahal, DevOps culture lebih cocok diterapkan dengan menggunakan metode agile.

Sedikit gambaran terkait metodologi Waterfall dan Agile. Pada metodologi Waterfall, sebelum software dibangun, diperlukan requirement yang detail. Sedangkan pada metode agile, tidak memerlukan requirement yang sangat detail, karena repetisi dari setiap iterasi yang cepat.

Oleh karena itu, menyikapi hal terkait aturan ini, sekarang terdapat 2 metodologi pada Bank Raya. Untuk pengembangan yang berhubungan dengan core banking dan support system, metodologi Waterfall masih digunakan. Untuk pengembangan produk, product owner dapat memilih untuk menggunakan metodologi Waterfall atau Agile.

Output DevOps di Bank Raya

Sejak diterapkannya DevOps culture di Bank Raya, sudah terdapat dampak positif yang signifikan untuk Bank Raya. Yang pertama, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak ada lagi barrier antara tim developer dan tim operation. Dengan adanya komunikasi dan integrasi yang baik, problem/issue dapat diselesaikan bersama-sama dengan cepat.

Dampak positif yang kedua adalah kecepatan repetisi. Karena repetisi yang cepat dan baik, proses membangun fitur juga menjadi sangat cepat. Fitur-fitur baru dapat dirilis dengan cepat. Perbaikan dan pemulihan bugs juga dapat dieksekusi dengan cepat menggunakan automation.

Terakhir, penerapan DevOps culture tidak hanya mempengaruhi kecepatan pengembangan. Sisi governance juga turut terbantu. Seluruh tiket/issue/fitur tercatat dengan detail. Dampaknya, akuntabilitas dan responsibilitas pihak-pihak terkait menjadi lebih baik. Product Owner juga dapat memprioritaskan aplikasi/fitur yang dikembangkan dengan mudah.

Transformasi Digital yang dilakukan Bank Raya, pada hakekatnya, bertujuan untuk menciptakan first class customer experience terhadap nasabah Bank Raya. Implementasi DevOps culture merupakan salah satu wujud nyata transformasi digital yang dilakukan oleh Bank Raya. Dengan begitu, Bank Raya mampu menjawab kebutuhan customer dengan lebih terukur dan lebih cepat.


Pasca pandemi covid-19, perkembangan ekonomi digital di Indonesia menunjukkan tren positif. Menurut hasil studi Google dan Bain & Company (2021), nilai investasi ekonomi digital Indonesia mencapai 4,7 miliar USD pada kuartir pertama 2021. Hal tersebut menunjukkan gairah yang sangat tinggi pada pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, yang menuntut sebagian besar perusahaan digital dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat demi memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai bank digital, Bank Raya juga dituntut untuk mengembangkan produk digital saving dan pinjaman digital nya secara cepat dan tepat guna, sehingga penerapan DevOps diperlukan untuk mensinergikan proses kerja antara tim software development dan IT operation. Bagaimana kombinasi kultur, filosofi dan praktik integrasi proses kerja DevOps di Bank Raya?

Untuk mengembangkan produk digital saving dan pinjaman digital nya, Bank Raya menerapkan DevOps diperlukan untuk mensinergikan proses kerja antara tim software development dan IT operation. Bagaimana kombinasi kultur, filosofi dan praktik integrasi proses kerja DevOps di Bank Raya?

DevOps di Bank Raya

Bank Raya, sebagai bank digital yang terus berkomitmen dalam melakukan transformasi digital juga telah mengimplementasikan DevOps untuk mendukung metodologi yang baru diterapkan pada divisi IT, yaitu metode Agile. Sebelum penerapan DevOps culture, terdapat barrier antara tim Developer dan tim Operation. Dengan diterapkannya DevOps culture, barier tersebut dapat diruntuhkan, sehingga fungsi developer dan fungsi Operation dapat dijembatani melalui sharing tanggung jawab atas job description masing-masing.

Lebih dari itu, penerapan DevOps juga menuntut developer untuk dapat memahami dan mengerti apa yang harus dioperasionalkan ke depannya. Disisi lain, tim operation juga harus mengetahui apa yang sedang dan telah dikerjakan oleh developer. Tim developer dan operation harus bersinergi mulai dari tahap pengembangan dimulai.

Selain integrasi, DevOps culture juga menitik beratkan efisiensi melalui automation system. Oleh karena itu, terdapat role baru bernama DevOps engineer. Role ini memerlukan skill development dan skill operation. DevOps engineer berfungsi untuk menjembatani pembuatan automation. Contohnya, jika sebelumnya developer harus melakukan proses pemasangan coding secara manual, DevOps engineer akan membantu membuat automation terhadap proses tersebut.


Tantangan DevOps di Bank Raya

Dalam implementasinya, terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi oleh Bank Raya. Mulai dari tahap sosialisasi kultural, terutama pada saat meruntuhkan barrier antara tim developer dan tim operation. Lalu, ketidakjelasan aturan mengenai tugas dan fungsi masing-masing tim. Kemudian, migrasi teknologi infrastruktur, yang sebelumnya menggunakan server fisik bare metal menjadi public cloud & virtualization. Hingga tantangan yang terakhir, terhambatnya implementasi culture DevOps oleh kebijakan/aturan perusahaan. Aturan yang diterapkan oleh Bank Raya dalam pengembangan software menggunakan metodologi waterfall base. Padahal, DevOps culture lebih cocok diterapkan dengan menggunakan metode agile.

Sedikit gambaran terkait metodologi Waterfall dan Agile. Pada metodologi Waterfall, sebelum software dibangun, diperlukan requirement yang detail. Sedangkan pada metode agile, tidak memerlukan requirement yang sangat detail, karena repetisi dari setiap iterasi yang cepat.

Oleh karena itu, menyikapi hal terkait aturan ini, sekarang terdapat 2 metodologi pada Bank Raya. Untuk pengembangan yang berhubungan dengan core banking dan support system, metodologi Waterfall masih digunakan. Untuk pengembangan produk, product owner dapat memilih untuk menggunakan metodologi Waterfall atau Agile.

Output DevOps di Bank Raya

Sejak diterapkannya DevOps culture di Bank Raya, sudah terdapat dampak positif yang signifikan untuk Bank Raya. Yang pertama, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak ada lagi barrier antara tim developer dan tim operation. Dengan adanya komunikasi dan integrasi yang baik, problem/issue dapat diselesaikan bersama-sama dengan cepat.

Dampak positif yang kedua adalah kecepatan repetisi. Karena repetisi yang cepat dan baik, proses membangun fitur juga menjadi sangat cepat. Fitur-fitur baru dapat dirilis dengan cepat. Perbaikan dan pemulihan bugs juga dapat dieksekusi dengan cepat menggunakan automation.

Terakhir, penerapan DevOps culture tidak hanya mempengaruhi kecepatan pengembangan. Sisi governance juga turut terbantu. Seluruh tiket/issue/fitur tercatat dengan detail. Dampaknya, akuntabilitas dan responsibilitas pihak-pihak terkait menjadi lebih baik. Product Owner juga dapat memprioritaskan aplikasi/fitur yang dikembangkan dengan mudah.

Transformasi Digital yang dilakukan Bank Raya, pada hakekatnya, bertujuan untuk menciptakan first class customer experience terhadap nasabah Bank Raya. Implementasi DevOps culture merupakan salah satu wujud nyata transformasi digital yang dilakukan oleh Bank Raya. Dengan begitu, Bank Raya mampu menjawab kebutuhan customer dengan lebih terukur dan lebih cepat.


Share

Orang lain juga membaca

Orang lain juga membaca
2 min read
Cara Kerja Big Data dan Data Science dalam Pengambilan Keputusan pada Perusahaan Digital

Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Ori Sugiarto sebagai Data Engineering dan Ardya Dipta Nandaviri sebagai Data Science di Perusahaan Kesehatan yang berlangsung pada tanggal 11 Juli 2024 di Instagram Live Bank Raya. Dalam era digital yang semakin berkembang, konsep big data dan data science telah

Oleh | 06 Sep 2024
2 min read
Product Design: Penerapan UI UX Design dalam Pengembangan Aplikasi Bank Digital

Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Komang Nala Ratih sebagai Product Design dan Thomas Dwi Putra sebagai Product Designer N26 Digital Bank yang berlangsung pada tanggal 8 Agustus 2024 di Instagram Live Bank Raya. Penerapan UI/UX design dalam pengembangan aplikasi bank digital sangat penting untuk

Oleh | 30 Aug 2024
2 min read
Product Manager: Ciptakan Solusi yang Tepat untuk Segala Kebutuhan Nasabah

Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Vincent Rinaldi sebagai Product Owner Raya Apps dan Gerald Marpaung sebagai Senior Lead Product Manager Tokopedia yang berlangsung pada tanggal 6 Juni 2024 di Instagram Live Bank Raya.

Oleh | 09 Jul 2024
1 min read
INSPIRAYA Tech

Hai, Kawan Raya!Sebagai bank yang bergerak dalam ekosistem digital, terdapat beberapa tantangan yang kerap menjumpai operasional Bank Raya.

Oleh | 22 Feb 2024
1 min read
INSPIRAYA Tech
Oleh | 22 Feb 2024