Ranah kompetisi perbankan digital akhir-akhir ini semakin ketat. Tumbuhnya berbagai bank digital dengan ekosistem masing-masing membuat pilihan masyarakat semakin terbuka luas dalam memilih jasa perbankan digital. Sejatinya, setiap bank digital yang telah hadir di Indonesia memberikan solusi terhadap berbagai masalah dan inefisiensi dalam aspek layanan keuangan masyarakat Indonesia.
Ragam masyarakat indonesia dengan kebutuhan masing-masing yang juga beragam, memberikan tantangan kepada bank digital. Bank digital dituntut untuk dapat memberikan solusi pada berbagai lapisan masyarakat dengan kebutuhan yang berbeda-beda pula. Begitu pula dengan Bank Raya. Sebagai salah satu pemain dalam kompetisi bank digital, Bank Raya tetap bergerak sesuai Visi perusahaan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Gig Economy di Indonesia.
Sesuai namanya, kesuksesan bank digital bertumpu pada layanan keuangan digital yang ditawarkan. Salah satu divisi yang berkontribusi besar dalam pengembangan produk digital Bank Raya adalah Divisi Digital Product Development (DPD). Kami sadar, untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Gig Economy yang dinamis, diperlukan pendekatan yang fleksibel. Oleh karena itu, kami telah mengimplementasikan Agile Model dalam pengembangan produk digital kami.
Start from Design Thinking
Divisi DPD menerapkan metodologi Design Thinking dalam menciptakan suatu produk. Implementasi Design Thinking yang baik mendorong kami untuk dapat menyelesaikan masalah ataupun menciptakan suatu produk dengan pola pikir yang runut dalam memahami pain points target market kami. Dalam implementasinya, kami menggunakan 5 step yaitu; emphatize, define, ideate, prototype, dan test.
Kami memulai dengan melakukan riset untuk memahami kebutuhan masyarakat, terutama Gig Workers sebagai target market kami. Kami memperoleh permasalahan dan kerisauan pelanggan dari divisi existing customer. Selain itu kami juga terjun langsung ke lapangan untuk melakukan in depth interview kepada pelaku gig workers.
Riset ini kami lakukan secara berkelanjutan dengan semangat continuous improvement. Ini kami lakukan mengingat pasar yang terus bergerak diiringi dengan kebutuhan masyarakat yang terus bergeser dan dapat berubah dengan cepat.
Pada tahap ini, kami merumuskan masalah mana yang akan kami selesaikan sebagan bank digital. Tentunya, permasalahan yang kami pilih juga harus sesuai dengan semangat raya.
Selanjutnya, kami berdiskusi bersama dengan Product Owner dan tim terkait lainnya untuk menciptakan produk yang sesuai dengan permasalah yang telah di-define. Pada tahap ini, produk mulai di design beserta dengan storyline dan customer journey produk.
Pada tahap ini, produk mulai dibangun. Produk yang dibangun akan menyesuaikan dengan design dan customer journey yang telah disiapkan sebelumnya.
Setelah menyelesaikan tahap prototype, produk dilempar ke market dan kami melakukan testing untuk mendengar kembali apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dari hasil testing, tim akan mengolah lagi dan melakukan iterasi dengan kembali pada tahap emphatize.
Proses ini kami lakukan secara berulang dan berkesinambungan. Untuk aplikasi yang sudah di luncurkan, akan terus dilakukan monitoring. Bekerja sama dengan community branch, divisi DPD mendengar keluhan-keluhan dari nasabah. Bahkan, produk yang telah diluncurkan menjadi tugas yang lebih besar dibandingkan produk baru, karena kami perlu mendengar masukan dan kritikan dari pasar, lalu memperbaiki masalah tersebut.
Accommodate Different Problems in Gig Economy
Diawali dengan mengumpulkan permasalahan keuangan di masyarakat dengan metode divergent thinking, divisi DPD mencoba terbuka akan kemungkinan solusi-solusi kreatif untuk permasalahan keuangan di masyarakat. Meskipun begitu, permasalahan yang masuk tidak semuanya kami proses, kami juga melakukan filtering. Divisi DPD akan mempertimbangkan apakah permasalahan tersebut sejalan dengan strategi bank raya, apakah permasalahan tersebut dapat dimonetisasi, dan apakah permasalah tersebut relevan dalam ranah bank digital. Pada intinya, tim Divisi DPD akan menyimpulkan permasalahan berdasarkan prioritasnya.
Pada kasus tertentu, ada kalanya beberapa lapisan masyarakat atau profesi yang berbeda memiliki kebutuhan atau pain points yang sama. Dalam hal ini, divisi DPD dapat langsung menarik benang merah secara keseluruhan. Namun, divisi DPD akan tetap berusaha untuk memberikan produk-produk yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pasar yang beragam. Secara bertahap, kami berharap dapat membantu menyelesaikan kebutuhan dan permasalahan keuangan di masyarakat dengan produk-produk yang sudah dipersonalisasi.
Synergize with IT Team
Dalam pengembangan produk, tentunya divisi DPD bekerja sama dengan divisi Information & Technology (IT). Kolaborasi antar divisi ini terjadi dalam bentuk squad yang berisikan divisi yang bertanggung jawab dalam hal produk, IT, desain, dan lainnya. Namun, divisi yang paling intens bekerja sama dengan divisi DPD adalah divisi IT. Untuk mempercepat proses pengembangan dan juga meningkatkan transparansi dalam kerjasama, Divisi DPD dan IT menerapkan metode Scrum. Sehingga, ketika terdapat masalah, mereka dapat berdiskusi bersama tanpa memandang skill yang dimiliki masing-masing individu.
“Apa lagi ya yang bisa kita buat untuk memenuhi kebutuhan customer?”
Kira-kira begitulah mindset yang dimiliki oleh divisi DPD, dikutip dari Muhammad Farhad Idris, Wakil Kepala Divisi Digital Product Development. Bekerja dalam Divisi DPD merupakan suatu kegiatan kolaboratif, meliputi beragam karyawan yang memiliki skill set yang berbeda-beda, mulai dari business, design, tech, dan lainnya. Menerapkan Agile Practices dengan prinsip Customer Centered dalam tim dengan anggota multi dimensi memang bukan perkara mudah. Apalagi diperlukan kolaborasi antar divisi dalam prosesnya. Meski begitu, kami sudah berada dalam jalur yang benar. Kami akan terus membentuk dan mempertahankan praktek Agile dengan semangat melayani persoalan pelanggan dalam setiap pengembangan produk digital Bank Raya.
Ranah kompetisi perbankan digital akhir-akhir ini semakin ketat. Tumbuhnya berbagai bank digital dengan ekosistem masing-masing membuat pilihan masyarakat semakin terbuka luas dalam memilih jasa perbankan digital. Sejatinya, setiap bank digital yang telah hadir di Indonesia memberikan solusi terhadap berbagai masalah dan inefisiensi dalam aspek layanan keuangan masyarakat Indonesia.
Ragam masyarakat indonesia dengan kebutuhan masing-masing yang juga beragam, memberikan tantangan kepada bank digital. Bank digital dituntut untuk dapat memberikan solusi pada berbagai lapisan masyarakat dengan kebutuhan yang berbeda-beda pula. Begitu pula dengan Bank Raya. Sebagai salah satu pemain dalam kompetisi bank digital, Bank Raya tetap bergerak sesuai Visi perusahaan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Gig Economy di Indonesia.
Sesuai namanya, kesuksesan bank digital bertumpu pada layanan keuangan digital yang ditawarkan. Salah satu divisi yang berkontribusi besar dalam pengembangan produk digital Bank Raya adalah Divisi Digital Product Development (DPD). Kami sadar, untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Gig Economy yang dinamis, diperlukan pendekatan yang fleksibel. Oleh karena itu, kami telah mengimplementasikan Agile Model dalam pengembangan produk digital kami.
Start from Design Thinking
Divisi DPD menerapkan metodologi Design Thinking dalam menciptakan suatu produk. Implementasi Design Thinking yang baik mendorong kami untuk dapat menyelesaikan masalah ataupun menciptakan suatu produk dengan pola pikir yang runut dalam memahami pain points target market kami. Dalam implementasinya, kami menggunakan 5 step yaitu; emphatize, define, ideate, prototype, dan test.
Kami memulai dengan melakukan riset untuk memahami kebutuhan masyarakat, terutama Gig Workers sebagai target market kami. Kami memperoleh permasalahan dan kerisauan pelanggan dari divisi existing customer. Selain itu kami juga terjun langsung ke lapangan untuk melakukan in depth interview kepada pelaku gig workers.
Riset ini kami lakukan secara berkelanjutan dengan semangat continuous improvement. Ini kami lakukan mengingat pasar yang terus bergerak diiringi dengan kebutuhan masyarakat yang terus bergeser dan dapat berubah dengan cepat.
Pada tahap ini, kami merumuskan masalah mana yang akan kami selesaikan sebagan bank digital. Tentunya, permasalahan yang kami pilih juga harus sesuai dengan semangat raya.
Selanjutnya, kami berdiskusi bersama dengan Product Owner dan tim terkait lainnya untuk menciptakan produk yang sesuai dengan permasalah yang telah di-define. Pada tahap ini, produk mulai di design beserta dengan storyline dan customer journey produk.
Pada tahap ini, produk mulai dibangun. Produk yang dibangun akan menyesuaikan dengan design dan customer journey yang telah disiapkan sebelumnya.
Setelah menyelesaikan tahap prototype, produk dilempar ke market dan kami melakukan testing untuk mendengar kembali apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dari hasil testing, tim akan mengolah lagi dan melakukan iterasi dengan kembali pada tahap emphatize.
Proses ini kami lakukan secara berulang dan berkesinambungan. Untuk aplikasi yang sudah di luncurkan, akan terus dilakukan monitoring. Bekerja sama dengan community branch, divisi DPD mendengar keluhan-keluhan dari nasabah. Bahkan, produk yang telah diluncurkan menjadi tugas yang lebih besar dibandingkan produk baru, karena kami perlu mendengar masukan dan kritikan dari pasar, lalu memperbaiki masalah tersebut.
Accommodate Different Problems in Gig Economy
Diawali dengan mengumpulkan permasalahan keuangan di masyarakat dengan metode divergent thinking, divisi DPD mencoba terbuka akan kemungkinan solusi-solusi kreatif untuk permasalahan keuangan di masyarakat. Meskipun begitu, permasalahan yang masuk tidak semuanya kami proses, kami juga melakukan filtering. Divisi DPD akan mempertimbangkan apakah permasalahan tersebut sejalan dengan strategi bank raya, apakah permasalahan tersebut dapat dimonetisasi, dan apakah permasalah tersebut relevan dalam ranah bank digital. Pada intinya, tim Divisi DPD akan menyimpulkan permasalahan berdasarkan prioritasnya.
Pada kasus tertentu, ada kalanya beberapa lapisan masyarakat atau profesi yang berbeda memiliki kebutuhan atau pain points yang sama. Dalam hal ini, divisi DPD dapat langsung menarik benang merah secara keseluruhan. Namun, divisi DPD akan tetap berusaha untuk memberikan produk-produk yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pasar yang beragam. Secara bertahap, kami berharap dapat membantu menyelesaikan kebutuhan dan permasalahan keuangan di masyarakat dengan produk-produk yang sudah dipersonalisasi.
Synergize with IT Team
Dalam pengembangan produk, tentunya divisi DPD bekerja sama dengan divisi Information & Technology (IT). Kolaborasi antar divisi ini terjadi dalam bentuk squad yang berisikan divisi yang bertanggung jawab dalam hal produk, IT, desain, dan lainnya. Namun, divisi yang paling intens bekerja sama dengan divisi DPD adalah divisi IT. Untuk mempercepat proses pengembangan dan juga meningkatkan transparansi dalam kerjasama, Divisi DPD dan IT menerapkan metode Scrum. Sehingga, ketika terdapat masalah, mereka dapat berdiskusi bersama tanpa memandang skill yang dimiliki masing-masing individu.
“Apa lagi ya yang bisa kita buat untuk memenuhi kebutuhan customer?”
Kira-kira begitulah mindset yang dimiliki oleh divisi DPD, dikutip dari Muhammad Farhad Idris, Wakil Kepala Divisi Digital Product Development. Bekerja dalam Divisi DPD merupakan suatu kegiatan kolaboratif, meliputi beragam karyawan yang memiliki skill set yang berbeda-beda, mulai dari business, design, tech, dan lainnya. Menerapkan Agile Practices dengan prinsip Customer Centered dalam tim dengan anggota multi dimensi memang bukan perkara mudah. Apalagi diperlukan kolaborasi antar divisi dalam prosesnya. Meski begitu, kami sudah berada dalam jalur yang benar. Kami akan terus membentuk dan mempertahankan praktek Agile dengan semangat melayani persoalan pelanggan dalam setiap pengembangan produk digital Bank Raya.
Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Ori Sugiarto sebagai Data Engineering dan Ardya Dipta Nandaviri sebagai Data Science di Perusahaan Kesehatan yang berlangsung pada tanggal 11 Juli 2024 di Instagram Live Bank Raya. Dalam era digital yang semakin berkembang, konsep big data dan data science telah
Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Komang Nala Ratih sebagai Product Design dan Thomas Dwi Putra sebagai Product Designer N26 Digital Bank yang berlangsung pada tanggal 8 Agustus 2024 di Instagram Live Bank Raya. Penerapan UI/UX design dalam pengembangan aplikasi bank digital sangat penting untuk
Tulisan ini merangkum Inspiraya Tech di Instagram Bank Raya bersama Vincent Rinaldi sebagai Product Owner Raya Apps dan Gerald Marpaung sebagai Senior Lead Product Manager Tokopedia yang berlangsung pada tanggal 6 Juni 2024 di Instagram Live Bank Raya.
Hai, Kawan Raya!Sebagai bank yang bergerak dalam ekosistem digital, terdapat beberapa tantangan yang kerap menjumpai operasional Bank Raya.